22 April 2024

Sekolah Indonesia Cairo

Berbudi, berkreasi & berprestasi

Penelitian Mumi Menang LKIR

2 min read

Tidak sia-sia Deby dan Fira terbang dari Mesir ke Indonesia untuk bersaing dengan sesama siswa sekolah lanjutan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) XXXVIII yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Penelitian mengenai mumi membawa kedua siswi Sekolah Indonesia Cairo 63 Musadak St. Dokki itu sebagai pemenang dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

Debi yang bernama lengkap Hudaibiyah Nila El-Farah M. Salim sekarang duduk di kelas 3 SMA sedangkan Fira yang nama lengkapnya Majda Infiraj Ar-Razi duduk di kelas 2 SMA. Dalam karyanya, kedua siswi membandingkan mumifikasi pada zaman Mesir Kuno dengan mumifikasi Tana Toraja di Indonesia.

Menurut Debi, hasil studi komparasi menunjukkan beberapa perbedaan dan persamaan yang mendasar mumifikasi Mesir Kuno dan Tana Toraja.

“Persamaannya pada kepercayaan adanya kehidupan setelah mati dan adanya benda-benda berharga yang dikumpulkan dekat mumi sebagai bekal kubur, ” ujar Debi seusai menerima trofi dan penghargaan LKIR XVIII di Widya Graha LIPI, Jakarta, Selasa (12/9). Bedanya, orang yang dimumikan di Mesir adalah raja-rajanya, sedangkan di Tana Toraja hampir semua lapisan masyarakat.

“Bahan untuk mengawetkan mayat juga berbeda. Kalau mumi Mesir menggunakan garam yang mengandung sodium sulfat dan sodium khlorida, mumi di Tana Toraja memakai ekstrak ramuan dedaunan, ” tambah Fira. Meskipun demikian, mereka tidak melakukan pengukuran langsung terhadap kandungan kimia ramuan tersebut, namun berdasarkan informasi literatur.

Internet

Mereka lebih banyak mengumpulkan data-data dan informasi mengenai mumi di Tana Toraja melalui buku-buku literatur dan internet. Sedangkan untuk mempelajari mumi di Mesir, selain dari literatur, mereka juga mengunjungi museum-museum dan piramida di Mesir.

Karena itulah, keduanya mengaku penasaran untuk melihat langsung mumi di Tana Toraja. Bahkan, mereka punya keinginan untuk melanjutkan penelitian saintifik lebih mendalam untuk menguak materi kimia yang digunakan penduduk Tana Toraja.

Saat ditanya kapan waktunya, keduanya hanya tersenyum seraya menyatakan kalau ada biaya dan didukung sekolah maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mesir. “Pinginnya sih diteliti lebih scientific, ” kata Debi.

Beruntung, Debi dan Fira bersekolah yang mendukung kegiatan ilmiah. Sarana sekolah yang dilengkapi komputer dan jaringan internet ikut menunjang hal tersebut. Internet yang relatif murah di sana membuat Debi maupun Fira leluasa untuk mengakses informasi baik di rumah maupun sekolah.

Menurut Endang R. Burhanudin, guru pembimbing yang menyertai 2 siswi dari Mesir tersebut, kegiatan penelitian ilmiah di sana telah dibiasakan sejak 2 tahun lalu. Pihak sekolah yang mendapat subsidi KBRI mengembangkannya sebagai bentuk ekstrakurikuler. Keikutsertaan siswinya dalam LKIR merupakan undangan LIPI dan didukung sepenuhnya KBRI Mesir.

Prestasi yang dituai Debi dan Fira besar berpeluang dilanjutkan ke bentuk penelitian saintifik. Namun, lagi-lagi pihak sekolah perlu dukungan lebih besar dari pemerintah Indonesia. Penelitian ini mungkin dapat meningkatkan pamor mumi Tana Toraja yang saat ini jauh dibandingkan popularitas mumi di Mesir.

Meskipun Debi maupun Fira belum bisa merasakan langsung alam Toraja sebagai pembanding piramida di Mesir, paling tidak sebagai juara pertama mereka telah mengumpulkan tabungan Rp1 juta setiap bulan selama setahun sebagai hadiah dari sponsor lomba. Masih tertarik mengunjungi Tana Toraja kan Deb, Fir

Sumber : KOMPAS CYBERMEDIA (14 September 2006)

@LIPI

Berita Lainnya

1 min read
1 min read
Wordpress Social Share Plugin powered by Ultimatelysocial